Monday, December 12, 2011

KTI “Makna dan Refleksi Candi Borobudur dalam Persfektif Sejarah”

 
MAKNA DAN REFLEKSI CANDI BOROBUDUR DALAM PERSPEKTIF SEJARAH


KARYA TULIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2011-2012

Disusun Oleh  :

            FARIZ JORDY                                                                      HAYATI ROWAIDA
   NIS: 7441                                                                    NIS: 7513
XII IPS 1

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 7 BANJARMASIN
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis yang berjudul Makna dan Refleksi Candi Borobudur dalam Perspektif Sejarah diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) Tahun Ajaran 2011-2012, Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Banjarmasin.
Banjarmasin, November 2011
Disetujui oleh :

                         Pembimbing II                             Pembimbing I



       Mugiya, S.Pd                          Drs. H. Muhasin Fauzie M.
       NIP. 19620102 198601 1 002             NIP. 19580310 198503 1 014



Kepala SMA Negeri 7 Banjarmasin



Drs. H. Fathurrahman Nunci, M.Pd
         NIP. 19520302 197903 1 012

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan hidayah-Nya jualah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Makna dan Refleksi Candi Borobudur dalam Perspektif Sejarah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Banjarmasin tepat pada waktunya.
Dengan selesainya penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis ingin mengucapkan terimah kasih kepada :
1.         Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
2.         Bapak Drs. H. Fathurrahman Nunci, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 7 Banjarmasin.
3.         Bapak Drs. Muhasin Fauzie M. selaku guru Pembimbing I dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
4.         Bapak Mugiya, S.Pd, selaku guru Pembimbing II dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
5.         Teman-teman SMA Negeri 7 Banjarmasin, dll.
6.         Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya tulis ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, karena itu mohon kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, penulis berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah pengetahuan bagi kita semua. Amin.

Banjarmasin, November 2011


Penulis
  
DAFTAR ISI
                                                                                      Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................              i
KATA PENGANTAR ...…………………………………………………….......           ii
DAFTAR ISI ...…………………………………………………………………..              iv
BAB I PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang ……………………………………………….......               1
B.            Rumusan Masalah ……………………………………….…....….            2
C.            Tujuan Penulisan …………………………………………....……             3
D.           Metode Penulisan …………………………………………......…..           3
E.            Sistematika Penulisan ……………………………………….........            4
BAB II   PEMBAHASAN
A.    Nama dan arti Candi Borobudur .......................................................            5
B.     Letak dan Lokasi Candi Borobudur  .................................................            5
C.     Candi Borobudur dari masa ke masa ................................................             6
1.                        Pembangunan Candi Borobudur ....................,...........................            6
2.                        Penemuan Kembali ....................................................................                   7
3.                        Penyelamatan Candi Borobudur ................................................           8
4.                        Pemugaran Candi Borobudur ....................................................           9
D.    Bangunan Candi Borobudur .............................................................              11
1.            Uraian Bangunan Candi Borobudur ..........................................                  11
2.            Struktur Candi Borobudur .........................................................                  12
3.            Patung .......................................................................................            16
4.            Patung Singa .............................................................................                   17
5.            Stupa .........................................................................................            18
6.            Relief ........................................................................................            20
7.            Arca Buddha .............................................................................           24
E.     Tahapan Pembangunan Candi Borobudur ........................................              26
F.      Ikhtisar waktu proses pemugaran Candi Borobudur...........................         27
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan ...........................................................................................           29
B.     Saran – saran .....................................................................................           30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
                Indonesia sebagai negara yang memiliki kemajemukan suku, ras dan agama yang melimpah, memiliki banyak budaya yang beragam jenis dan tentunya memiliki nilai historis yang berbeda pula. Candi Borobudur, sebuah mahakarya peninggalan dinasti Syailendra, yang kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia, yang juga dinobatkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan dunia, kini sudah mulai terlupakan oleh dunia. Pada awal Juli tahun 2007 lalu, melalui sebuah poling yang digelar secara online oleh www.new7wonders.com, Candi Borobudur dinyatakan tak lagi masuk tujuh keajaiban dunia. Bahkan pada situs wonderclub.com, Borobudur dianggap sebagai keajaiban yang terlupakan “The Forgotten Wonders”. Seperti juga pada situs dari profesor teknik sipil University of South Florida, Borobudur ditempatkan pada kategori Forgotten Wonder bersama beberapa peninggalan bersejarah dunia lainnya. Segala potensi yang sebenarnya dikandung kawasan ini dirasa tenggelam, akibat semua perhatian ditujukan ke Borobudur sebagai monumen tunggal.
Menurut data pengunjung dari dinas pariwisata dan kebudayaan kabupaten Magelang, jumlah pengunjung ke lokasi obyek wisata Candi mengalami penurunan. Tiga tahun lalu objek wisata itu dikunjungi lebih dari 2,4 juta wisatawan. Tetapi sekarang hanya berkisar 2 juta. Fakta ini membawa penulis ke sebuah pemahaman, bahwa eksistensi Candi Borobudur di dunia semakin memudar. Oleh karena itu penulis mengambil judul Makna dan Refleksi Candi Borobudur dalam Persfektif Sejarah dengan harapan pembaca bisa memahami dan lebih mengetahui sejarah Candi Borobudur agar bisa melestarikan salah satu peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang sudah mulai terlupakan.

B. Rumusan Masalah
               Agar pembahasan sesuai dengan yang diinginkan penulis dapat tercapai dengan tepat dan benar maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.            Apakah arti Borobudur ?
2.            Dimanakah lokasi Candi Borobudur?
3.            Bagaimana sejarah dan perkembangan Candi Borobudur ?
4.            Apa saja benda - benda dan maknanya yang ada pada komplek bangunan Candi Borobudur  ?
5.            Apa saja tahapan - tahapan pembuatan Candi Borobudur?
C. Tujuan Penulisan
               Dengan dibuatnya Karya Tulis ini, penulis mempunyai tujuan pokok yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1.            Mengetahui arti dan lokasi Candi Borobudur
2.            Mengetahui dan menghayati sejarah berdirinya dan perkembangan Candi Borobudur
3.            Untuk mengetahui makna dan arti yang terkandung dalam komplek bangunan Candi Borobudur
4.            Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir sekolah (UAS)

D. Metode Penulisan
Penulisan yang di gunakan untuk pembuatan karya tulis ini menggunakan :
1.            Metode Deskriptif, yaitu Metode yang menggambarkan masalah yang ada pada masa sekarang
2.            Metode Telaah Pustaka, yaitu Metode yang mengambil sumber dari buku-buku dan internet yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yakni Candi Borobudur
.
E. Sistematika Penulisan
            Karya tulis ini tersusun dalam tiga bab, dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, TujuanPenulisan, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Pembahasan. Bab ini memuat tentang penjelasan mengenai Candi Borobudur, yaitu penjelasan mengenai Nama dan arti Candi Borobudur, Letak dan lokasi Candi Borobudur, Candi Borobudur dari masa ke masa, Bangunan Candi Borobudur, Tahapan Pembangunan Candi Borobudur, dan Ikhisar waktu proses pemugaran Candi Borobudur
Bab III Penutup. Pada bab ini memuat Kesimpulan dan Saran - saran.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Nama dan arti Candi Borobudur
Nama Borobudur berasal dari gabungan kata Boro dan Budur, Boro berasal dari kata Sangsekerta berarti “ Vihara” yang berarti komplek Candi dan Bihara atau juga asrama ( Menurut Purwacaraka Dan Stuten Herm ) sedangkan Budur dalam bahasa Bali “ Bedudur” yang artinya di Atas. Jadi nama Borobudur berarti asrama atau bahasa ( Komplek Candi ) yang terletak di atas bukit.

B. Letak dan lokasi Candi Borobudur
Borobudur terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang yang letaknya sebelah selatan + 15 km sebelah selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit hampir seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah timur terdapat Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.

C. Candi Borobudur dari masa ke masa
1. Pembangunan Candi Borobudur
Candi Borobudur dibuat pada masa Wangsa Syailendra yang Buddhis dibawah kepemimpinan Raja Samarotthungga. Arsitektur yang menciptakan candi, berdasarkan tuturan masyarakat bernama Gunadharma. Pembangunan candi itu selesai pada tahun 847 M. Menurut prasasti Kulrak (784 M) pembuatan candi ini dibantu oleh seorang guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya yang sangat dihormati dan seorang pangeran dari Kashmir bernama Visvawarman sebagai penasihat yang ahli dalam ajaran Buddhis Tantra Vajrana. Pembangunan candi ini dimulai pada masa Maha Raja Dananjaya yang bergelar Sri Sanggramadananjaya, dilanjutkan oleh putranya, Samarotthungga dan oleh cucu perempuannya, Dyah Ayu Pramodhawardhani.
               Kesimpulan tersebut ternyata sesuai dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di daerah Jawa Tengah, khususnya periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 yang terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra. Kejayaan ini di tandai dengan di bangunnya sejumlah candi besar yang ada pada lereng – lereng gunung, kebanyakan yang berdiri khas bangunan Hindu, sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran adalah khas bangunan Budha, tapi ada juga sebagiannya khas Hindu.
2. Penemuan kembali
            Borobudur yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggi di antara dataran rendah disekelilingnya. Tidak akan pernah masuk akal bila melihat karya seni terbesar yang merupakan hasil karya yang sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan. Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama, bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran. Kira – kira hanya 150 tahun.
               Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya, ketika para pekerja menghiasi / membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang sangat terkenal yaitu Samaratungga, sekitar tahun 800 – an. Dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur.
               Demikian karena terbengkalai dan tak terurus, maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya. Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles, Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam. Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M – 1816 M.
               Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman, karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah - tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua, sehingga candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.

3. Penyelamatan Candi Borobudur
                Semenjak Candi Borobudur di temukan, dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi Borobudur. Mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya. Pemugaran Candi Borobudur yang pertama kali di adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Th Van erf dengan maksud adalah untuk menghindari kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur walaupun banyak bagian tembok atau dinding – dinding terutama tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjung maupun bangunannya sendiri. Namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat di selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.

               Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan, masa itu telah mengembalikan kejayaan masa silam, namun juga perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang di lalui Borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung telah menutupi dan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu, Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tn Vanerf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah.

4. Pemugaran Candi Borobudur
               Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973. Prasasti dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur. Karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang, yang diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan SMA dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA ).
               Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi Borobudur, sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu – batu yang sudah retak dan pecah. Pekerjaan – pekerjaan di atas bersifat arkeologi. Semuanya di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor ( PT Nidya Karya dan The Contruction and Development Corporation of The Filipine ).
               Bagian – bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar, sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar. Pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasasti seberat + 20 Ton.
               Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat besar. Di buatkan dengan dua bagian, satu menghadap ke utara, satu lagi menghadap ke timur. Penulisan dalam prasasti tersebut di tangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.

D. Bangunan Candi Borobudur
  1. Uraian Bangunan Candi Borobudur
         Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sebanyak 55.000 M3. Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat ). Pada Candi Borobudur tidak ada ruangan di mana orang tak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang asli ditutupi oleh batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
         Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta yang terbagi ke dalam tiga bagian besar diantaranya:
1)      Kamadhatu
   Sama dengan alam bawah atau dunia hasrat. Dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat bahkan di kuasai oleh hasrat kemauan dan hawa nafsu, Relief – relief ini terdapat pada bagian kaki candi asli yang menggambarkan adegan – adegan Karmawibangga ialah yang melukiskan hukum sebab akibat.
2)      Rupadhatu
         Sama dengan alam semesta antara dunia rupa. Dalam hal ini manusia telah meninggalkan segala urusan keduniawian dan meninggalkan hasrat dan kemauan. Bagian ini terdapat pada lorong satu sampai lorong empat.
3)      Arupadhatu
         Sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa yaitu tempat para dewa. Bagian ini terdapat pada teras bundar ingkat I, II, dan III beserta Stupa Induk.
2. Struktur Candi Borobudur
      Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.
Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman dahulu. menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini.
Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur Mandala. Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.
3. Patung
            Susunan – susunan patung Budha yang ada di Candi Borobudur dengan rincian sebagai berikut:
  1. Langkah I Terdapat : 104 Patung Budha
  2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
  3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
  4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
  5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
  6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
  7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
  8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Buah Patung Budha

            Sekilas patung Buddha itu tampak serupa semuanya, namun sesunguhnya ada juga perbedaannya perbedaan yang sangat jelas dan juga yang membedakan satu sama lainya adalah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan ciri khas untuk setiap patung. Sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur ada 6 macam, hanya saja karena macam mudra yang di miliki menghadap semua arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada bagian rupadhatu langkah V maupun pada bagian arupadhatu pada umumnya,  menggambarkan maksud yang sama. Maka jumlah mudra yang pokok ada 5. Kelima mudra itu adalah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.

4. Patung Singa

            Pada Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa, jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah. Akan tetapi bila di hitung sekarang, jumlahnya berkurang karena berbagai sebab. Satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang juga menghadap ke barat seolah – olah sedang menjaga bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
5. Stupa
- Stupa Induk
Berukuran lebih besar dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah paling atas yang merupakan mahkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur, garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan juga terletak di garis Harmika.

- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang ialah Stupa yang terdapat pada teras I, II, III di mana di dalamnya terdapat patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa tersebut berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I terdapat 32 Stupa
Teras II terdapat 24 Stupa
Teras III terdapat 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa

- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk hampir sama dengan stupa yang lainya hanya saja perbedaannya yang menonjol adalah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi hiasan bangunan Candi Borobudur. Keberadaan stupa ini menempati relung – relung pada langkah ke II saampai langkah ke V sedangkan pada langkah I berupa Keben dan sebagian berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil ada 1472 Buah.
6. Relief

Tigkat posisi / letak

Relief

Jumlah Pigura
Kaki candi asli
Karmawibhangga
160 pigura
Tingkat I – dinding
Lalitawistara
120 pigura
Tingkat I – dinding
jataka/awadana
120 pigura
Tingkat I – langkan
jataka/awadana
372 pigura
Tingkat I – langkan
jataka/awadana
128 pigura
Tingkat II – dinding
Gandawyuha
128 pigura
Tingkat II – langkan
jataka/awadana
100 pigura
Tingkat III – dinding
Gandawyuha
88 pigura
Tingkat III – langkan
Gandawyuha
88 pigura
Tingkat IV – dinding
Gandawyuha
84 pigura
Tingkat IV – langkan
Gandawyuha
72 pigura
Jumlah
1460 pigura




Relief Karmawibhangga bagian yang terlihat sekarang ini tidaklah sebagaimana bangunan aslinya karena alasan teknis maupun yang lainya maka candi di buatkan batu tambahan sebagai penutup. Relief Karmawibhanga yang terdapat pada bagian Kamadhatu berjumlah 160 buah pigura yang secara jelas menggambarkan tentang hawa nafsu dan kenikmatan serta akibat perbuatan dosa dan juga hukuman yang di terima tetapi ada juga perbuatan baik serta pahala.

Yang di perlihatkan pada relief – relief itu antara lain:

a)           Karmawibhangga
- Gambaran mengenai mulut – mulut yang usil orang yang suka mabuk- mabukan, perbuatan – perbuatan lain yang mengakibatkan suatu dosa.
- Perbuatan terpuji, gambaran mengenai orang yang suka menolong Ziarah ke tempat suci bermurah hati kepada sesama dan lain – lain yang mengakibatkan orang mendapat ketentraman hidup dan dapat pahala. Dengan kondisi lahan yang berkontur ditambah dengan dua danau buatan, maka menjadikan Gembira Loka sebagai taman rekreasi yang menarik.
b)           Lalitawistara
                  Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti "hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.
c)           Jataka dan Awadana.
          Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an. Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
d)          Gandawyuha
          Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.

7. Arca Buddha
Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta menampilkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar langkan. Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya. Barisan pagar langkan pertama terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung, baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung. Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.  Pada bagian Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang). Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16 stupa, semuanya total 72 stupa. Dari jumlah asli sebanyak 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah rusak (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh museum luar negeri).
Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbedaan halus diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima golongan mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas menurut ajaran Mahayana. Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat, dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas. Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri.

E. Tahapan Pembangunan Candi Borobudur
·         Tahap pertama
            Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.
·         Tahap kedua
            Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
·         Tahap ketiga
            Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
·         Tahap keempat
            Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.

F. Ikhisar waktu proses pemugaran Candi Borobudur
·         1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
·         1873 - monografi pertama tentang candi diterbitkan.
·         1900 - pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
·         1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.
·         1926 - Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.
·         1956 - Pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.
·         1963 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, tapi berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.
·         1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.
·         1971 - Pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
·         1972 - International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno sebagai ketuanya. Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat. Sisanya ditanggung Indonesia.
·         10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai pada tahun 1984
·         21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada Candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali. Serangan dilakukan oleh kelompok Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
·         1991 - Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
            Dari semua masalah tentang sejarah brdirinya Candi Borobudur ini ternyata dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
Nama Borobudur berasal dari gabungan kata Boro dan Budur, Boro berasal dari kata Sangsekerta berarti “ Vihara” yang berarti komplek Candi dan Bihara atau juga asrama ( Menurut Purwacaraka Dan Stuten Herm ) sedangkan Budur dalam bahasa Bali “ Bedudur” yang artinya di Atas. Jadi nama Borobudur berarti asrama atau bahasa ( Komplek Candi ) yang terletak di atas bukit.
Borobudur terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang yang letaknya sebelah selatan + 15 km sebelah selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit hampir seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah timur terdapat Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Candi Borobudur dibuat pada masa Wangsa Syailendra yang Buddhis dibawah kepemimpinan Raja Samarotthungga. Arsitektur yang menciptakan candi, berdasarkan tuturan masyarakat bernama Gunadharma. Pembangunan candi itu selesai pada tahun 847 M.


B. Saran – saran

       Dari pembuatan karya tulis ini penulis akan menyajikan beberapa saran diantaranya:
1.            Kita sebagai generasi muda harus menjadi generasi penerus bangsa dengan cara giat belajar dan berlatih supaya menjadi siswa – siswi yang terampil dan bertaqwa
2.            Kita sebagai warga negara harus menjaga dan melestarikan budaya bangsa dengan memelihara tempat – tempat bersejarah sebagai peninggalan nenek moyang kita
3.            Dengan perkembangan kebudayaan yang banyak dipengaruhi budaya luar, hendaknya kita mampu mengakulturasikan dengan budaya setempat hingga dapat menghasilkan budaya yang megah seperti yang dilakukan oleh bangsa kita dahulu.










DAFTAR PUSTAKA

Hiram W. Woodward Jr. (1979). "Acquisition". Critical Inquiry 6 (2): 291–303. doi:10.1086/448048.
MoerTjipto, Drs Borobudur, Pawon Dan Mendut, Kanisus Yogyakarta 1993
Roderick S. Bucknell and Martin Stuart-Fox (1995). The Twilight Language: Explorations in Buddhist Meditation and Symbolism. UK: Routledge. ISBN 0700702342.
Soediman, Drs Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia Gramedia Yogyakarta, 1980
Soekmono, (1973, 5th reprint edition in 1988). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed.. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 46.
Soekmono, Candi Borobudur - Pusaka Budaya Umat Manusia, Jakarta: Pustaka Jaya (1978)

1 comment:

Followers